Pages

Jumat, 30 November 2012

Kurikulum dalam Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

       A.    Latar Belakang
Kurikulum untuk sekarang ini masih memegang peran penting dalam suatu pendidikan sebab sebagai penentuan arah isi dan proses pendidikan yang menentukan kualitas lulusan kelak. Dari taun ketahun kurikulum mengalami perubahan sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan karena pergantian menteri yang selama ini difikirkan oleh masyarakat. Perkembangan kurikulum dipengaruhi juga oleh perkembangan teori dan praktek pendidikan serta variasi aliran-aliran atau teori pendidikan yang dianut pada masanya. Proses perubahan secara mendasar dan sistematis, kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan sebenarnya merupakan proses tranformasi pandangan dan aspirasi tentang pendidikan kedalam program-program yang secara efektif akan mewujudkan visi dan misi pendidikan.
     B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana yang dimaksud dengan kurikulum dalam pendidikan?
2.      Bagaimana yang dimaksud dengan kurikulum dan teori-teori pendidikan?
     C.    Tujuan
1.      Mengetahui yang dimaksud dengan kurikulum dalam pedidikan
2.      Mengetahui yang dimaksud dengan kurikulum dan teori-teori pendidikan.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Kurikulum dalam pendidikan
            Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pelaksanaan pendidikan formal di sekolah. Setiap praktek pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun kemampuan bekerja.
          Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang di anutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupkan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Selanjutnya beralih pada pendapat yang menekankan pada isi menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar. Tetapi Johnson mengatakan pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan kurikulum, tetapi pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil pengajaran. Menurut Johnson semua yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar-mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran, sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa.  Terlepas dari pro dan kontra tersebut beberapa ahli lain memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran . sistem persekolahan terbentuk  atas empat subsistem yaitu mengajar, belajar, pembelajaran dan kurikulum.
          Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana dan kurikulum yang funsional. Menurut Beauchamp  kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Pelaksanaan rencana itu sudah masuk pengajaran . selanjutnya, Zais menjelaskan bahwa kebaikan suatu kurikulum tidak dapat dinilai dari dokumen tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya di dalam kelas. Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroprasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum, sedangkan kurikulum yang dioperasikan di kelas merupakan kurikulum fungsional.
          Hilda Taba (1962) mempunyai pendapat perbedaan antara kurikulum dan pengajaran  bukan terletak pada implementasinya melainkan pada keluasan cakupannya . kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas atau lebih umum, sedangkan yang lebih sempit lebih khusus menjadi tugas pengajaran. Menurut Taba keduanya membentuk satu kontinum, kurikulum terletak pada ujung tujuan umum atau tujuan jangka panjang, sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu yang lebih khusus atau tujuan dekat.
          Menurut Beauchamp kurikulum sebagai bidang studi yang membentuk suatu teori yaitu teori kurikulum. Bidang cakupan teori atau bidang studi kurikulum meliputi konsep kurikulum, penentuan kurikulum, pengembangan kurikulum, desain kurikulum , implementasi dan evaluasi kurikulum.  Selain sebagai bidang studi, kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem yang merupakan bagian dari sistem persekolahan. Sebagai suatu rencana pengajaran, kurikulum berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran dan jadwal waktu pengajaran.  Sebagai suatu sistem, kurikulum merupakan bagian atau subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau sistem sekolah. Kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut penentuan segala kebijakan tentang kurikulum, susunan personalia dan prosedur pengembangan kurikulum, penerapan , evaluasi dan penyempurnaannya. Fungsi utama sistem kurikulum adalah dalam pengembangan , penerapan, evaluasi  dan penyempurnaannya, baik sebagai dokumen tertulis maupun aplikasinya dan menjaga agar kurikulum tetap dinamis.

     
B.     Teori pendidikan
            Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Karena penyusunan kurikulum mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan suatu teori kurikulum dijabarkan dari teori pendidikan tertentu. Kurikulum dapat dipandang sebagai rencana kongkrit penerapan dari suatu teori pendidikan. untuk lebih memahami hubungan kurikulum dengan pendidikan, dikemukakan beberapa teori pendidikan dan model konsep kurikulum dari masing-masing teori. Ada empat teori pendidikan yang banyak dibicarakan oleh para ahli pendidikan  dan dipandang mendasari pelaksanaan pendidikan, yaitu sebagai berikut (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997:7): pendidikan klasik, pendidikan pribadi, teknologi pendidikan, dan pendidikan interaksional.
1.      Pendidikan Klasik
      Pendidikan Klasik atau classical education dapat dipandang sebagai konsep pendidikan tertua. Konsep ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya yaitu pengetahuan, ide-ide, atau nilai-nilai yang telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi memelihara mengawetkan dan meneruskan semua warisan budaya tersebut kepada generasi berikutnya. Guru atau pendidik tidak perlu susah-susah mencari dan menciptakan pengetahuan, konsep dan nila-nilai baru, sebab semuanya telah tersedia, tinggal menguasai dan mengajarkan kepada anak. Tugas guru dan para pengembang kurikulum adalah memilih dan menyajikan materi ilmu tersebut disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik selain itu pendidik bukan hanya mengajarkan materi pengetahuan tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan nilai. Mendidikan nilai tidak sama dengan mengajarkan pengetahuan yang berbentuk penyampain informasi tetapi peril di manifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut konsep pendidikan klasik, guru atau pendidik adalah ahli dalam bidang ilmu dan juga contoh dan model nyata dari pribadi yang ideal.siswa merupakan penerima pengajaran yang baik, tetapi sebagai penerima informasi yang sesungguhnya mereka pasif. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan daripada proses. Isi pendidikan atau materi ilmu tersebut diambil dari khazanah ilmu pengetahuan, berupa displin ilmu yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli tempo dulu. Materi ilmu pengetahuan yang diambil dari displin ilmu tersebut telah tersusun dengan logis dan sistematis jadi pendidikan lebih menekan perkembangan segi-segi intelektual dari pada segi emosional dan psikomotorik.
      Ada dua model konsep pendidikan klasik yaitu perenialisme dan esensialisme. Keduanya memiliki pandang yang sama tentang masyarakat, bahwa masyarakat bersifat statis. Dalam penyusunan kurikulum, mata pelajaran dipilih dan ditentukan sekelompok orang ahli, disusun secara sistematis dan logis dan diarahkan pada perkembangan kemampuan berfikir.
      Perenialisme berkembang di Eropa dalam masyarakat aristokratis agraris. Mereka lebih berorientasi ke masa lampau dan kurang mementingkan tuntutan-tuntutan masyarakat yang berkembang saat sekarang. Pendidikan lebih menekankan humanistis, pembentukan pribadi, dan sifat-sifat mental. Konsep-konsep filososfis lebih banyak mewarnai pendidikan ini. Isi pendidikan lebih banyak bersifat pendidikan umum (general education atau liberal art) dengan model mengajar yang bersifat ekspositori sedangkan model belajarnya adalah simulasi. Pendidikan menurut pandangan mereka adalah bebas nilai (value free) dan bebas dari kebudayaan (culture free) artinya tidak terikat atau diwarnai oleh nilai-nilai dan karteristik masyarakat sekitar.
Esensialisme berkembang di Amerika Serikat dalam mayarakat industri. Pendidikan ini lebih mengutamakan sains daripada humanistis. Mereka lebih pragmatis, pendidikan diarahkan dalam mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke dunia kerja. Konsep ini lebih berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang. Isi pengajaran lebih diarahkan kepada pembentukam keterampilan dan pengembangan kemampuan vocational. Para esensial bersifat praktis mengutamakan kerja, mereka menghargai seni, keindahan dan humanistis sepanjang hal itu mendukung kehidupan sehari-hari, kehidupan produktif. Tujuan utama pendidikan, menurut para esensialis adalah (1) memperoleh pekerjaan yang lebih baik, (2) dapat bekerja sama lebih baik dengan orang dari berbagai tingkatan/lapisan masyarakat (3) memperoleh pengahasilan lebih banyak. Mereka berfikiran praktis bahwa pendidikan adalah jalan untuk mencapai sukses dalam kehidupan, terutama sukses secara ekonomis.
Sebenarnya dalam pendidikan klasik terdapat aliran lain yaitu eksistensialisme. kaum eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya. Jadi dalam pendidikan tidak semestinya membelenggu manusia. Oleh karena manusia adalah makhluk yang bebas dan kreatif, maka pendidikan harus pula menjadi wahana pembebasan dan kreativitas manusia. Dengan kata lain, pendidikan yang diilhami oleh eksistensialisme adalah pendidikan yang membumi, yang berhadapan dengan masalah-masalah kehidupan kongkrit yang dihadapi manusia. Kurikulum pada sekolah eksistensialis sangat terbuka terhadap perubahan karena  ada dinamika dalam konsep kebenaran, penerapan, dan perubahan-perubahannya. Melalui perspektif tersebut, siswa harus  memilih mata pelajaran yang terbaik. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa mata pelajaran dan pendekatan kurikuler pada filsafat tradisional tidak diberi tempat (Rukiyati, 2009: 102).
2.      Pendidikan Pribadi
      Pendidikan  pribadi (personalized education ) lebih mengutamakan peranan siswa. Konsep pendidikan ini bertolak belakang dari anggapan dasar bahwa, sejak dilahirkan , anak telah memiliki potensi-potensi, baik potensi untuk berpikir, berbuat , memecahkan masalah, maupun untuk belajar dan berkembang sendiri. Pendidikan adalah ibarat persemaian, berfungsi menciptakan lingkungan yang menunjang dan terhindar dari hama-hama. Tugas guru, seperti halnya seorang petani adalah mengusahakan tanah yang gembur, pupuk, air , udara, dan sinar matahari yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan tanaman (peserta didik). Pendidikan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Peserta didik menjadi subjek pendidikan, dialah yang menduduki tempat utama dalam pendidikan. Pendidik menempati posisi kedua, bukan lagi sebagai penyampai  informasi atau sebagai model dan ahli dalam disiplin ilmu. Ia lebih berfungsi sebagai psikolog yang mengerti segala kebutuhan dan masalah peserta didik. Ia juga berperan sebagai bidan yang membantu siswa melahirkan ide-idenya. Guru adalah pembimbing, pendorong (motivator ), fasilitator, dan pelayan bagi siswa.
      Pendidikan berdasar dari kebutuhan dan minat siswa. Siswa menjadi subyek pendidikan. Seorang pendidik berperan untuk menyampaikan informasi dan ahli dalam disiplin ilmu, juga sebagai psikolog yang mengerti kebutuhan dan masalah siswa.
Teori ini memiliki dua aliran, yaitu :
          a)      Pendidikan progresif
            Tokoh pendahulu pendidikan progresif adalah Francis Parker yang membawa aliran ini dari Eropa ke Amerika ini menjadi lebih terkenal di Amerika berkat percobaan-percobaan yang dilakukan John Dewey dengan sekolah-sekolah laboratoriumnya. John Dewey menerapkan prinsip belajar sambil berbuat ( learning by doing ). Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.  Berkat refleksinya itu ia memahami dan dapat menggunakannya bagi kehidupan. Guru lebih merupakan ahli dalam metodologi  daripada dalam bahan ajar. Guru membantu perkembangan siswa sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Perkembangan emosi dan social siswa sama pentingnya dengan perkembangan intelektualnya. Dalam pendidikan progresif, siswa merupakan satu kesatuan yang utuh, perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan perkembangan intelektual. Isi pengajaran berasal dari pengalaman siswa sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Guru berperan sebagai ahli dalam metodologi dalam bahan ajar.
            Sehubungan dengat hal tersebut John Dewey mengemukakan ide dan gagasannya dalam konsep " PENDIDIKAN PROGRESIF " sebagai berikut: (http://organisasi.org/konsep-pendidikan-progresif-john dewey-analisa-strategi-pembelajaran-ke-depan)
1.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara perorangan (indivudually learning).
2.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (learning experiencing).
3.      Guru memberi dorongan semangat dan motivasi bukan hanya pemerintah.
Artinya bahwa guru memberikan penjelasan tentang arah kegiatan pembelajaran yang merupakan kebutuhan siswa.
4.      Guru mengajaksertakan siswa dalam berbagai aktifitas kehidupan belajar di sekolah yang mencakup pengajaran, administrasi, dan bimbingan.
5.      Guru memberi arahan dan bimbingan sepenuhnya agar siswa menyadari bahwa hidup itu dinamis dan mengalami perubahan yang begitu cepat.
                  Berdasarkan fakta dan realitas tersebut sudah seyogyanya sistem pengajaran lama yang bersifat hafalan, verbalistik dan berbagai aktifitas yang mekanistik di kelas tidak diterapkan lagi. Strategi dan metode pembelajaran yang memberi kebebasan siswa dalam melakukan penelitian dan menemukan sesuatu hal utamanya diberikan kepada siswa, berlebih dalam berbagai aktifitas ekstra kurikuler.
                 b)   Pendidikan romantik
             Pendidikan romantik berasal dari pemikiran Jean Jacques Rousseau yang mengemukakan bahwa semua ciptaan Tuhan termasuk anak adalah baik dan menjadi kurang baik atau rusak di tangan manusia. Secara alamiah, manusia baik, merdeka dan gentle. Ia ingin mengembalikan pendidikan kepada pendidikan alam, sebab secara alamiah manusia baik.  Setiap orang mempunyai nurani yang berisi kejujuran, kebenaran, dan ketulusan. Inilah yang harus ditemukan , didengarkan, dan di ikuti. Rausseau menolak pendidikan yang mengutamakan intelektual. Pendidikan adalah proses individual yang berisi rentetan pengembanagn kemampuan-kemampuan anak, berkat interaksi  dengan berbagai aspek dalam lingkungan maka terjadi rentatan pengembangan kemampuan-kemampuan anak. Rousseau memandang pendidikan sebagai  a lifelong personal growth process rather than an information and skill gathering process that exists only during the school years.
                 Pengalaman merupakan isi sekaligs guru alamiah bagi anak. Anak tidak diajari, tetapi didorong untuk belajar. Guru menyediakan lingkungan belajar, memberikan kebebasan agar anak belajar dan berkembang sendiri, dan mewujudkan rasa ingin tahunya. Ia dibiarkan untuk mengalami sendiri, mewujudkan dorongan-dorongannya dan tumbuh sesuai dengan polanya. Guru juga berperan sebagai sumber lingkungan belajar, yang selalu siap memberikan bantuan kepada siswa, ia berusaha mencegah hal-hal yang mungkin mengganggu perkembangan siswa.
  Kurikulum pendidikan pribadi lebih menekankan pada proses pengembangan kemampuan siswa. Materi ajar dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru-guru dengan melibatkan siswa. Tidak ada suatu kurikulum standar, yang ada adalah kurikulum minimal yang dalam implementasinya dikembangkan bersama siswa. Isi dan proses pembelajarannya selalu berubah sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
3.   Teknologi Pendidikan
      Teknologi pendidikan mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Keduanya juga mempunyai perbedaan, sebab yang diutamakan dalam teknologi pendidikan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Teknologi pendidikan lebih berorientasi ke masa sekarang dan yang akan datang, tidak seperti pendidikan klasik yang lebih melihat ke masa lalu. Perkembangan teknologi pendidikan dipengaruhi dan sangat diwarnai oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Hal itu memang sangat masuk akal, karena teknologi pendidikan bertolak dari dan merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu dan teknologi dalam pendidikan. Teknologi telah masuk ke semua segi kehidupan, termasuk dalam pendidikan.
      Menurut pandangan klasik, pengalaman manusia itu bersifat menetap, sama dari tahun ke tahun. Berbeda dengan pandangan teknologi pendidikan, pengalaman manusia itu selalu berubah, hari ini lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini. Kehidupan dan perkembangan itu selalu baru. Menurut teori ini, pendidikan adalah ilmu dan bukan seni, pendidikan adalah cabang dari teknologi ilmiah. Dengan pengembangan desain program, pendidikan menjadi sangat efisien. Efisiensi merupakan salah satu cirri utama teknologi pendidikan. Dalam pengembangan desain program, teknologi pendidikan juga melibatkan penggunaan perangkat keras, alat-alat audiovisual dan media elektronika. Dalam konsep teknologi pendidikan, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data objektif dan keterampilan-keterampilan yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para siswa belajar secara individual. Siswa berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak melakukan tugas-tugas pengelolaan daripada penyampaian dan pendalaman bahan. Apabila digunakan media elektronika, guru terbebas dari tugas pengembangan segi-segi nonintelektual.
      Kurikulum teknologi pendidikan menekankan kompetensi atau kemampuan-kemampuanan praktis. Materi disiplin ilmu dipelajari dan termasuk dalam kurikulum, apabila hal itu mendukung penguasaan kemampuan-kemampuan tersebut. Dalam kurikulum, materi disiplin ilmu tersebut disusun terjalin dalam kemampuan. Penyusunan kurikulum dilakukan para ahli dan atau guru-guru yang mempunyai kemampuan mengembangkan kurikulum. Perangkat kurikulum cukup lengkap mulai dari struktur dan sebaran mata pelajaran sampai dengan rincian bahan ajar yang dipelajari siswa, yang tersusun dalam satuan-satuan bahan ajar. Dalam satuan-satuan bahan ajar tersebut tercakup pula kegiatan pembelajaran dan bentuk-bentuk serta alat penilaiannya.
      Teknologi pendidikan dapat didefinisikan dengan berbagai macam formulasi. Tidak ada satupun fomulasi yang paling benar, karena berbagai formulasi saling mengisi (Yusufhadi Miarso, 2004: 6). Teknologi pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan terintegrasi meliputi manusia, alat, dan sistem termasuk diantaranya gagasan, prosedur, dan organisasi. Teknologi pendidikan memakai pendekatan yang sistematis dalam rangka menganalisa dan memecahkan persoalan proses belajar.teknologi pendidikan merupakan suatu bidang yang berkepentingan dengan pengembangan secara sistematis berbagai macam sumber belajar, termasuk di dalamnya pngelolaan dan penggunaan sumber tersebut. Teknologi pendidikan beroperasi dalam seluruh bidang pendidikan secara rasional berkembang dan berintegrasi dalam berbagai kegiatan pendidikan.
      Teknologi pendidikan merupakan spesialisasi lebih lanjut dari ilmu pendidikan yang terutama berkepentingan dalam  mengatasi masalah belajar pada manusia, dengan memanfaatkan berbagai macam sumber insani dan non-insani dan menerapkan konsep system dalam usaha pemecahannya itu.  Penggarapan ditopang dengan sejumlah teori, model, konsep, dan prinsip dari bidang dan disiplin lain seperti ilmu perilaku, ilmu komunikasi, ilmu kerekayasaan, teori/konsep system, dan lain-lain yang tidak dapat diperinci satu per satu. Penggarapan ini dilakukan dengan sistematik dan sistemik. Teknologi pendidikan berusaha menjelaskan, meringkaskan, member orientasi, dan mensistematiskan gejala, konsep, teori yang saling berkaitan, dan menggabungkannya menjadi satu, yang merupakan pendekatan isomeristik, yaitu pendekatan yang menekankan pada perlunya ada daya lipat atau sinergi. Teknologi pendidikan juga berusaha mengidentifikasi hal-hal yang belum jelas/belum terpecahkan, dan mencari cara-cara baru yang inovatif sesuai dengan perkembangan budaya dan hasrat manusia untuk memperbaiki dirinya.
4.      Pendidikan Interaksional
            Konsep pendidikan ini bertolak dari pemikiran manusia sebagai mahluk social. Dalam kehidupanya, manusia selalu membutuhkan manusia lain, selalu hidup bersama, berinyeraksi, dan bekerja sama. Karena kehidupan bersama dan kerja sama ini, mereka dapt hidup, berkembang dan mampu memenuhi kebutuhan hidup dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Dapat dibayangkan apa yang akan dihadapi seseorang, bila ia hidup sendiri disebuah pulau terpencil. Bila lingkunganya mendukung, mungkin ia dapat bertahan hidup, tetapi apabila tidak, mungkin tidak dapt hidup atau tidak dapat mencapai kemajuan seperti yang dialami oleh orang- oranh yang hidup bersama dengan orang lain.
        Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerjasama dan interaksi. Dalam pendidikan klasik dan teknologi interaksi terjadi sepihak dari guru kepada siswa, sedangkan dalm pendidikan romantic dan progresif terjadi sebaliknya dari siswa kepada guru. Pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihaki guru kepada siswa dan siswa kepada guru.  Lebih luas, interaksi ini juga terjadi antara siswa dengan bahan ajar dan dengan lingkungan, antara pemikiran siswa dengan kehidupanya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog.
        Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih dari sekedar mempelajari fakta- fakta. Siswa mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta- fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahami dalm lonteks kehidupannya. Setiap siswa, Begitu juga guru , mempunyai rentetan pengalaman dan persepsi sendiri. Dalam proses belajar persepsi- persepsi yang berbeda tersebut digunakan untuk menyoroti masalah bersama yang muncul dalm kehidupannya. Dalam proses seperi itu dialog berlangsung, setiap siswa dan guru saling mendengarkan , memberikan pendapat, saling mengajar dan belajar. Pemahaman yang muncul dari situasi demikian melebihi jumlah selurh sumbanagn para peserta. Siswa tidak hanya berperan sebagai siswa, tetapi  juga sebagi guru, dan guru uga pada suatu saat berperan sebagai siswa yang turut belajar bersama para siswanya.
         Interaksi juga terjadi antara siswa dengan bahan ajar. Interaksi ini bukan hanya bukan hanya pada tingkay apa dan bgaimana, tetapi lebih jauh yaitu pada tingkat mengapa, tingkat mencari makana baik makna social (socially conscious) maupun makna pribadi (self conscious). Isi atau bahan ajar ini berkenaan dengan lingkungan sosial- budaya yang mereka hadapi saat ini. Setelah mengetahui makna dari fakta- fakta dan nilai – nilai dari sosial – budaya, mereka mengadakan evaluasi, kritik dari sudut kepentinganya bagi kesejahteraan umat manusia.
      Siswa sebagai individu  selalu berinteraksi dengan lingkunganya, selalu terajadi hubungan timbal balik antara keduanya. Pandangan –pandanganya mempengaruhi bentuk dan pola lingkunganya, di lain pihak kekuatan dan keterbatasan lingkungan mempengaruhi individu siswa. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan siswa. Interaksi juga terjadi antara pemikiran siswa dengan kehidupan siswa. Suatu kebenaran tidak akan diyakininya apabila tidak dicobakan dan dihayati dalam kehidupannya sehari- hari.
      Sekolah berbeda dengan pendidikan, tetapi mempunyai peranan penting dalam system masyarakat. Sekolah merupakan pintu untuk memasuki masyarakat, menentukan stratifikasi social, dan memberikan kesiapan untuk melakukan berbagai pekerjaan. Sekolah menyiapkan anak dengan berbagai ketrampilan social juga ketrampilan bekerja. Lebih jauh sekolah juga berperan dalam membina sikap positif terhadap dunia kerja, disiplin kerja, dan sebagainya. Pendidikan berperan dalam membangunkan identitas pribadi, memperbaiki modus dari kehidupan.
     Proses belajar dalam model interaksi terjadi melalui dialog dengan orang lain apakah dengan guru, teman atau yang yang lainya. Belajar adalah kerjasama dan saling ketergantungan dengan orang lain. Siswa belajar memperhatikan, menerima, meniali pendapat orang lain, dan belajar menyatakan pendapat dan sikapnya sendiri. Melalui interaksi tersebut muncul pengetahuan, pendapat, sikap, dan ketrampilan – ketrampilan baru. Guru berperan dalm menciptakan situasi dialog dengan dasar saling mempercayai dan saling membantu. Bahan ajar diambil dari lingkungan sosial – budaya yang dihadapi para siswa sekarang. Mereka diajak untuk menghayati niali- nilai social-budaya yang ada di masyarakat, memberikan penilaian yang kritis, kemudian mereka mengembangkan persepsinya sendiri terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat.
      Kurikulum pendidikan interaksional menekankan baik pada isi maupun proses pendidikan sekaligus. Isi pendidikan terdiri atas problem – problem nyata yang aktual yang dihadapi dalam kehidupan di masyarakat. Proses pendidikanya berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan kerjasama, baik antar siswa, siswa dan guru, maupun antar siswa dan guru dengan sumber- sumber belajar yang lain. Kegiatan penilaiaan dilakukan untuk hasil maupun proses belajar. Guru-guru melakukan kegiatan penelitian sepanjang kegiantan belajar.


     

BAB III
PENUTUP


                  Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang di anutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupkan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Selanjutnya beralih pada pendapat yang menekankan pada isi menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar.               
                  Kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Karena penyusunan kurikulum mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan suatu teori kurikulum dijabarkan dari teori pendidikan diantaranya pendidikan klasik, pendidikan pribadi, teknologi pendidikan, dan pendidikan interaksional.

1 komentar: